PENGERTIAN ILMU TEKNOLOGI DAN KEMISKINAN
IPTEK adalah akronim dai Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi. Yang dimaksud dengan atau pengertian tentang ilmu pengetahuan adalah
pengetahuan yang didasarkan atas fakta-fakta di mana pengujian kebenarannya
diatur menurut suatu tingkah laku sistem. Kamus Besar Bahasa Indonesia
menyatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang
disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk
menerangkan gejala-gejala tertentu. Adapun beberapa definisi ilmu menurut para
ahli seperti yang dikutip oleh Bakhtiar tahun 2005
diantaranya adalah :
a. Mohamad Hatta, mendefinisikan ilmu
adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu
golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari
luar, maupun menurut bangunannya dari dalam.
b. Ralph Ross dan Ernest Van Den
Haag, mengatakan ilmu adalah yang empiris, rasional, umum dan sistematik, dan
ke empatnya serentak.
c. Karl Pearson, mengatakan ilmu
adalah lukisan atau keterangan yang komprehensif dan konsisten tentang fakta
pengalaman dengan istilah yang sederhana.
d. Ashley Montagu, menyimpulkan bahwa
ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang berasal dari
pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal
yang sedang dikaji.
e. Harsojo menerangkan bahwa ilmu
merupakan akumulasi pengetahuan yang disistemasikan dan suatu pendekatan atau
metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris yaitu dunia yang terikat oleh
faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh panca
indera manusia. Lebih lanjut ilmu didefinisikan sebagai suatu cara menganalisis
yang mengijinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi dalam
bentuk : “ jika .... maka “.
f. Afanasyef,menyatakan ilmu adalah manusia tentang alam, masyarakat dan pikiran. Ia
mencerminkan alam dan konsep-konsep, katagori dan hukum-hukum, yang
ketetapannya dan kebenarannya diuji dengan pengalaman praktis.
Teknologi, teknologi merupakan berasal dari bahasa
Yunani, yaitu tekne, yang berari pekerjaan, dan logos, berarti
suatu studi peralatan, prosedur dan metode yang digunakan pada berbagai cabang
industri. Berikut ini definisi teknologi menurut para ahli:
a. Menurut Prayitno
dalam Ilyas (2001), teknologi adalah seluruh perangkat ide, metode, teknik
benda-benda material yang digunakan dalam waktu dan tempat tertentu maupun
untuk memenuhi kebutuhan manusia.
b. Menurut Mardikanto
(1993), teknologi adalah suatu perilaku produk, informasi dan praktek-praktek
baru yang belum banyak diketahui, diterima dan digunakan atau diterapkan oleh
sebagian warga masyarakat dalam suatu lokasi tertentu dalam rangka mendorong
terjadinya perubahan individu dan atau seluruh warga masyarakat yang
bersangkutan.
c. Wikipedia.org
mendefenisikan teknologi merupakan perkembangan suatu media / alat yang dapat
digunakan dengan lebih efisien guna memproses serta mengendalikan suatu
masalah.
Kesimpulannya, ilmu pengetahuan
mempunyai teori-teori atau rumus-rumus yang tetap, dan teknologi merupakan
praktek atau ilmu terapan dari teori-teori yang berasal dari ilmu pengetahuan.
Jadi ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai saling mempunyai hubungan. Jika
tidak ada ilmu pengetahuan, teknologi tidak akan ada.
PENGERTIAN KEMISKINAN
Kemiskinan adalah
keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti
makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan
dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya
akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global.
Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara
yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi
memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.
Kemiskinan dipahami
dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
a. Gambaran kekurangan
materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang,
perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai
situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
b. Gambaran tentang
kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan
ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Keterkucilan sosial
biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah
politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
c. Gambaran tentang
kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna “memadai” di sini sangat
berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.
A. Ciri-ciri manusia yg
berada di bawah kemiskinan
Mereka yang hidup
dibawah garis kemiskinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Tidak memiliki
faktor-faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, ketrampilan, Dll.
3. Tingkat pendidikan
mereka rendah, tidak sampai tamat SD.
4. Kebanyakan tinggal
di desa sebagai pekerja bebas.
5. Banyak yang hidup di
kota berusia muda, dan tidak mempunyai ketrampilan.
B. Fungsi-Fungsi Orang
Miskin
1. Pertama : adalah
menyediakan tenaga kerja untuk pekerjaan kotor, tidak terhormat, berat,
berbahaya, tetapi di bayar murah.
2. Kedua : adalah
menambah atau memperpanjang nilai guna barang atau jasa. Baju bekas yang sudah
tidak terpakai dapat di jual (atau dengan bangga di katakan ”di infakan”)
kepada orang-orang miskin.
3. Ketiga : adalah
mensubsidi berbagai kegiatan ekonomi yang menguntungkan orang-orang kaya.
Pegawai-pegawai kecil, karena di bayar murah, petani tidak boleh menaikan harga
beras mereka untuk mensubsidi orang-orang kota.
4. Keempat : adalah
menyediakan lapangan kerja, bagaimana mungkin orang miskin memberikan lapangan
kerja? karena ada orang miskin lahirlah pekerjaan tukang kredit (barang atau
uang) aktivis-aktivis LSM (yang menyalurkan dana dari badan-badan internasional
lewat para aktivis yang belum mendapatkan pekerjaan kantor) belakangan kita
tahu bahwa tidak ada komunitas yang paling laku di jual oleh negara ketiga di
pasaran internasional selain kemiskinan.
5. Kelima : adalah
memperteguh status sosial orang-orang kaya, perhatikan jasa orang miskin pada
perilaku orang-orang kaya baru. Sopir yang menemaninya memberikan label bos
kepadanya. Nyonya-nyonya dapat menunjukan kekuasaannya dengan memerintah
inem-inem (pembantu) mengurus rumah tangganya.
Kemiskinan lazimnya
dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang
pokok. Dikatakan berada di bawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok seperti pangan, pakaian,
tempat berteduh, dan lain-lain. Garis kemiskinan yang menentukan batas minimum
pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok, bisa dipengaruhi
oleh tiga hal :
1. Persepsi manusia
terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan.
2. Posisi manusia dalam
lingkungan sekitar.
3. Kebutuhan objectif
manusia untuk bisa hidup secara manusiawi.
Kemiskinan menurut
pendapat umum dapat dikategorikan ke dalam 3 kelompok, yaitu :
1. Kemiskinan yang
disebabkan aspek badaniah atau mental seseorang.
Pada aspek badaniah,
biasanya orang tersebut tidak bisa berbuat maksimal sebagaimana manusia lainnya
yang sehat jasmani. Sedangkan aspek mental, biasanya mereka disifati oleh sifat
malas bekerja dan berusaha secara wajar, sebagaimana manusia lainnya.
2. Kemiskinan yang
disebabkan oleh bencana alam.
Biasanya pihak
pemerintah menempuh dua cara, yaitu memberi pertolongan sementara dengan
bantuan secukupnya dan mentransmigrasikan ke tempat hidup yang lebih layak.
3. Kemiskinan buatan
atau kemiskinan struktural.
Selain disebabkan oleh
keadaan pasrah pada kemiskinan dan memandangnya sebagai nasib dan takdir Tuhan,
juga karena struktur ekonomi, sosial dan politik.
Yang relevan dalam hal ini adalah kemiskinan buatan, buatan manusia terhadap manusia pula yang disebut kemiskinan structural. Itulah kemiskinan yang timbul oleh dan dari struktur-struktur buatan manusia, baik strutur ekonomi, politik, sosial maupun cultural. Selain disebabkan oleh hal–hal tersebut, juga dimanfaatkan oleh sikap “penenangan” atau “nrimo”, memandang kemiskinan sebagai nasib, malahan sebagai takdir Tuhan. Kemiskinan menjadi suatu kebudayaan atau subkultur, yang mempunya struktur dan way of life yang telah turun temurun melalui jalur keluarga. Kemiskinan (yang membudaya) itu disebabkan oleh dan selama proses perubahan sosial secara fundamental, seperti transisi dari feodalisme ke kapitalisme, perubahan teknologi yang cepat, kolonialisme, dsb.
Kemiskinan pada
dasarnya merupakan salah satu bentuk problema yang muncul dalam kehidupan
masyarakat, khususnya pada negara-negara yang sedang berkembang. Kemiskinan
yang dimaksud adalah kemiskinan dalam bidang ekonomi. Dikatakan berada di bawah
garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup
yang paling pokok seperti pangan, pakaian dan tempat berteduh atau dengan
pendapat lain, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau
segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam
masyarakat yang bersangkutan.
Kemiskinan bukanlah
suatu yang terwujud dengan sendiri terlepas dari aspek-aspek lainnya, tetapi
kemiskinan itu terwujud sebagai hasil interaksi antara berbagai aspek yang ada
dalam kehidupan manusia. Terutama aspek sosial dan aspek ekonomi. Aspek sosial
adalah adanya ketidaksamaan sosial di antara sesama warga masyarakat yang
bersangkutan, seperti perbedaan suku bangsa, ras, kelamin, usia yang bersumber
dari corak sistem pelapisan yang ada dalam masyarakat. Sedangkan aspek ekonomi
adalah adanya ketidaksamaan di antara sesama warga masyarakat dalam hak dan
kewajiban yang berkenaan dengan pengalokasian sumber-sumber daya ekonomi.
Sementara itu
klasifikasi atau penggolongan seseorang atau masyarakat dikatakan miskin
ditetapkan dengan menggunakan tolak ukur utama, yaitu :
Tingkat pendapatan.
Misalkan saja di Indonesia, tingkat pendapatan digunakan ukuran kerja waktu
sebulan. Dengan adanya tolak ukur ini, maka jumlah dan siapa yang tergolong
dalam orang miskin dapat diketahui. Atau dengan menggunakan batas minimal
jumlah kalori yang dikonsumsi, yang diambil persamaannya dalam kg beras.
Kebutuhan relatif per
keluarga dibuat berdasarkan atas kebutuhan minimal yang harus dipenuhi dalam
sebuah keluarga agar dapat melangsungkan kehidupannya secara sederhana tetapi memadai
sebagai warga masyarakat yang layak.
Jika dikaitkan dengan
kemakmuran, maka ada dua persepsi masyarakat yang cukup berlawanan tentang hal
ini. Persepsi pertama adalah yang berpikir rasional dan eksak. Bahwa kemakmuran
seseorang diukur dengan jumlah serta nilai bahan-bahan dan barang-barang yang
dimiliki atau dikuasai untuk memelihara dan menikmati hidupnya. Semakin banyak
jumlah dan makin tinggi nilainya, maka akan makin tinggi taraf kemakmuran
hidupnya. Sedangkan persepsi kedua adalah pandangan masyarakat umum, terutama
pedesaan. Mereka beranggapan bahwa kemakmuran tidaklah berbeda dengan
kebahagiaan. Seseorang akan merasa makmur bila sudah ada keserasian antara
keinginan-keinginan dan keadaan materil atau sosial yang dimiliki atau
dikuasainya. Karenanya mereka selalu berusaha untuk menyeimbangkan antara
keinginan dan keadaan materinya. Jika keinginan mereka berlebih, sementara
keadaan materil mereka tidak mencukupi maka mereka harus mengurangi keinginan
yang ada. Begitu juga sebaliknya.
Usaha memerangi
kemiskinan dapat dilakukan dengan cara memberikan pekerjaan yang memberikan
pendapatan yang layak kepada orang-orang miskin. Karena dengan cara ini bukan
hanya tingkat pendapatan yang dinaikkan, tetapi harga diri sebagai manusia dan
sebagai warga masyarakat dapat dinaikkan seperti warga lainnya. Dengan lapangan
kerja dapat memberikan kesempatan kepada mereka untuk bekerja dan merangsang
berbagai kegiatan-kegiatan di sektor ekonomi lainnya.
KETERKAITAN ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI DAN KEMISKINAN
1. Ilmu adalah pengetahuan yang bersifat umum dan
sistematis, pengetahuan dari mana dapat disimpulkan dalil-dalil tertentu
menurut kaidah-kaidah umum. (Nazir, 1988)
2. konsepsi ilmu pada dasarnya mencakup tiga hal,
yaitu adanya rasionalitas, dapat digeneralisasi dan dapat disistematisasi
(Shapere, 1974)
3. pengertian ilmu mencakup logika, adanya
interpretasi subjektif dan konsistensi dengan realitas sosial (Schulz, 1962)
4. ilmu tidak hanya merupakan satu pengetahuan
yang terhimpun secara sistematis, tetapi juga merupakan suatu metodologi
Empat pengertian di atas dapatlah disimpulkan
bahwa ilmu pada dasarnya adalah pengetahuan tentang sesuatu hal atau fenomena,
baik yang menyangkut alam atau sosial (kehidupan masyarakat), yang diperoleh
manusia melalui proses berfikir. Itu artinya bahwa setiap ilmu merupakan
pengetahun tentang sesuatu yang menjadi objek kajian dari ilmu terkait.
Alam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai
gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi.
Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk
mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan
sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya,
ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan
tersebut.
Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman
inderawi dikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori.
Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan observasi yang
dilakukan secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris tersebut juga dapat
berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat melukiskan dan
menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris
tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadi
manusia yang terjadi berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih
untuk memimpin organisasi dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan
tentang manajemen organisasi.
Selain pengetahuan empiris, ada pula pengetahuan
yang didapatkan melalui akal budi yang kemudian dikenal sebagai rasionalisme.
Rasionalisme lebih menekankan pengetahuan yang bersifat apriori; tidak
menekankan pada pengalaman. Misalnya pengetahuan tentang matematika. Dalam
matematika, hasil 1 + 1 = 2 bukan didapatkan melalui pengalaman atau pengamatan
empiris, melainkan melalui sebuah pemikiran logis akal budi. Pengetahuan adalah
informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang.
Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep,
teori, prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas Bayesian adalah benar atau
berguna.
Ilmu Pengetahuan adalah suatu proses pemikiran
dan analisis yang rasional, sistimatik, logik dan konsisten. Hasilnya dari ilmu
pengetahuan dapat dibuktikan dengan percobaan yang transparan dan objektif.
Ilmu pengetahuan mempunyai spektrum analisis amat luas, mencakup persoalan yang
sifatnya supermakro, makro dan mikro. Hal ini jelas terlihat, misalnya pada
ilmu-ilmu: fisika, kimia, kedokteran, pertanian, rekayasa, bioteknologi, dan
sebagainya.” “ Ilmu pengetahuan” lazim digunakan dalam pengertian
sehari-hari, terdiri dari dua kata, “ ilmu “ dan “ pengetahuan “, yang
masing-masing punya identities sendiri-sendiri. Dikalangan ilmuwan ada
keseragaman pendapat, bahwa ilmu itu selalu tersusun dari pengetahuan secara
teratur, yang diperoleh dengan pangkal tumpuan (objek) tertentu dengan
sistematis, metodis, rasional/logis, empiris, umum dan akumulatif. Pengertian
pengetahuan sebagai istilah filsafat tidaklah sederhana karena bermacam-macam
pandangan dan teori (epistemologi), diantaranya pandangan Aristoteles, bahwa
pengetahuan merupakan pengetahuan yang dapat diinderai dan dapat merangsang
budi. Dan oleh Bacon & David Home pengetahuan diartikan sebagai pengalaman
indera dan batin. Menurut Imanuel Kant pengehuan merupakan persatuan antara
budi dan pengalaman. Dari berbagai macam pandangan tentang pengetahuan
diperoleh sumber-sumber pengetahuan berupa ide, kenyataan, kegiatan
akal-budi, pengalaman, sintesis budi, atau meragukan karena tak adanya
sarana untuk mencapai pengetahuan yang pasti.
Untuk membuktikan pengetahuan itu benar, perlu
berpangkal pada teori kebenaran pengetahuan :
1. Pengetahuan dianggap benar apabila dalil
(proposisi) itu mempunyai hubungan dengan dalil (proposisi) yang terdahulu
2. Pengetahuan dianggap benar apabila ada
kesesuaian dengan kenyataan
3. Pengetahuan dianggap benar apabila mempunyai
konsekwensi praktis dalam diri yang mempunyai pengeahuan itu.
Ilmu pengetahuan pada dasarnya memiliki tiga
komponen penyangga tubuh pengetahuan yang disusunnya yaitu ; ontologis,
epistemologis, dan aksiologis. Epistemologis hanyalah merupakan cara bagaimana
materi pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi tubuh ilmu pengetahuan.
Ontologis dapat diartikan hakekat apa yang dikaji oleh pengetahuan, sehingga
jelas ruang lingkup ujud yang menajdi objek penelaahannya. Atau dengan
kata lain ontologism merupakan objek formal dari suatu pengetahuan. Komponen
aksiologis adalah asas menggunakan ilmu pengetahuan atau fungsi dari ilmu
pengetahuan.
Pembentukan ilmu akan berhadapan dengan objek
yang merupakan bahan dalam penelitian, meliputi objek material sebagai bahan
yang menadi tujuan penelitian bulat dan utuh, serta objek formal, yaitu sudut
pandangan yang mengarah kepada persoalan yang menjadi pusat perhatian.
Langkah-langkah dalam memperoleh ilmu dan objek ilmu meliputi rangkaian
kegiatan dan tindakan. Dimulai dengan pengamatan, yaitu suatu kegiatan yang
diarahkan kepada fakta yang mendukung apa yang dipikirkan untuk sistemasi,
kemudian menggolong-golongkan dan membuktikan dengan cara berpikir analitis,
sistesis, induktif dan deduktif. Yang terakhir ialah pengujian kesimpulan
dengan menghadapkan fakta-fakta sebagai upaya mencari berbagai hal yang
merupakan pengingkaran.
Untuk mencapai suatu pengetahuan yang ilmiah dan
obyektif diperlukan sikap yang bersifat ilmiah, yang meliputi empat hal yaitu :
1. Tidak ada perasaan yang bersifat pamrih
sehingga menacapi pengetahuan ilmiah yang obeyktif
2. Selektif, artinya mengadakan pemilihan
terhadap problema yang dihadapi supaya didukung oleh
fakta atau gejala, dan
mengadakan pemilihan terhadap hipotesis yang ada
3. Kepercayaan yang layak terhadap kenyataan yang
tak dapat diubah maupun terhadap indera dam
budi yang digunakan untuk mencapai
ilmu
4. Merasa pasti bahwa setiap pendapat,
teori maupun aksioma terdahulu telah mencapai kepastian,
namun masih terbuka
untuk dibuktikan kembali.
Permasalahan ilmu pengetahuan meliputi arti
sumber, kebenaran pengetahuan, serta sikap ilmuwan itu sendiri sebagai dasar
untuk langkah selanjutnya.
Teknologi
Dalam konsep yang pragmatis dengan kemungkinan
berlaku secara akademis dapatlah dikatakan bahwa pengetahuan (body
ofknowledge), dan teknologi sebagai suatu seni (state of arts ) yang mengandung
pengetian berhubungan dengan proses produksi; menyangkut cara bagaimana
berbagai sumber, tanah, modal, tenaga kerja dan ketrampilan dikombinasikan
untuk merealisasi tujuan produksi. “secara konvensional mencakup penguasaan
dunia fisik dan biologis, tetapi secara luas juga meliputi teknologi sosial,
terutama teknoogi sosial pembangunan (the social technology of development)
sehingga teknologi itu adalah merode sistematis untuk mencapai tujuan insani
(Eugene Stanley, 1970).
Teknologi memperlihatkan fenomenanya alam
masyarakat sebagai hal impersonal dan memiliki otonomi mengubah setiap bidang
kehidupan manusia menjadi lingkup teknis. Jacques Ellul dalam tulisannya
berjudul “the technological society” (1964) tidak mengatakan teknologi tetapi
teknik, meskipun artinya sama. Menurut Ellul istilah teknik digunakan tidak
hanya untuk mesin, teknologi atau prosedur untuk memperoleh hasilnya, melainkan
totalitas metode yang dicapai secara rasional dan mempunyai efisiensi
(untuk memberikan tingkat perkembangan) dalam setiap bidang aktivitas manusia. Jadi
teknologi penurut Ellul adalah berbagai usaha, metode dan cara untuk memperoleh
hasil yang distandarisasi dan diperhingkan sebelumnya.
Fenomena teknik paa masyarakat ikini, menurut
Sastrapratedja (1980) memiliki ciri-ciri sebagia berikut :
1. Rasionalistas, artinya tindakan spontan oleh
teknik diubah menjadi tindakan yang direncanakan dengan perhitungan rasional
2. Artifisialitas, artinya selalu membuat sesuatu
yang buatan tidak alamiah
3. Otomatisme, artinya dalam hal metode,
organisasi dan rumusan dilaksanakan secara otomatis.
Demikian juga dengan
teknik mampu mengeliminasikan kegiatan non teknis menjadi kegiatan
teknis
4. Teknik berkembang pada suatu kebudayaan
5. Monisme, artinya semua teknik bersatu, saling
berinteraksi dan saling bergantung
6. Universalisme, artinya teknik melampaui
batas-batas kebudayaan dan ediologi, bahkan dapat menguasai kebudayaan
7. otonomi artinya teknik berkembang menurut
prinsip-prinsip sendiri.
Teknologi yang berkembang denan pesat meliputi
berbagai bidang kehidupan manusia. Luasnya bidang teknik digambarkan sebagaia
berikut :
1. Teknik meluputi bidang ekonomi, artinya teknik
mampu menghasilkan barang-barang industri.
Dengan teknik, mampu
mengkonsentrasikan capital sehingga terjadi sentralisasi ekonomi
2. Teknik meliputi bidang organisasional seperti
administrasi, pemerintahan, manajemen, hukum dan
militer
3. Teknik meliputi bidang manusiawi. Teknik telah
menguasai seluruh sector kehidupan manusia,
manusia semakin harus beradaptasi
dengan dunia teknik dan tidak ada lagi unsur pribadi manusia
yang bebas dari
pengaruh teknik.
Alvin Tofler (1970) mengumpakana teknologi itu
sebagai mesin yang besar atau sebuah akselarator (alat pemercepat) yang
dahsyat, dan ilmu pengetahuan sebagai bahan bakarnya. Dengan meningkatnya ilmu
pengetahuan secara kuantitatif dan kualtiatif, maka kiat meningkat pula proses
akselerasi yagn ditimbulkan oleh mesinpengubah, lebih-lebih teknologi mampu
menghasilkan teknologi yang lebih banyak dan lebih baik lagi.
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan bagian-bagian
yang dapat dibeda-bedakan, tetapi tidak dapat dipisah-pisahkan dari suatu
sistem yang berinteraksi dengan sistem-sistem lain dalam kerangka nasional
seperti kemiskinan.
Kemiskinan
Kemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya
pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Dikatakan berada di bawah
garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
hidup yang paling pokok seperti pangan, pakaian, tempat berteduh, dan
lain-lain. Garis kemiskinan yang menentukan batas minimum pendapatan yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok, bisa dipengaruhi oleh tiga hal :
1. Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang
diperlukan
2. Posisi manusia dalam lingkungan sekitar
3. Kebutuhan objectif manusia untuk bisa hidup secara
manusiawi
Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang
diperlukan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, adat istiadat, dan sistem nilai
yang dimiliki. Dalamhal ini garis kemiskinan dapat tinggi atau rendah. Terhadap
posisi manusia dalam lingkungan sosial, bukan ukuran kebutuhan pokok yang
menentukan, melainkan bagaimana posisi pendapatannya ditengah-tengah masyarakat
sekitarnya. Kebutuhan objektif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi
ditentukan oleh komposisi pangan apakah benilai gizi cukup dengan nilai protein
dan kalori cukup sesuai dengan tingkat umur, jenis kelamin, sifat pekerjaan,
keadaan iklim dan lingkungan yang dialaminya.
Kesemuanya dapat tersimpul dalam barang dan jasa
dan tertuangkan dalam nilai uang sebgai patokan bagi penetapan pendapatan
minimal yang diperlukan, sehingga garis kemiskinan ditentukan oleh tingkat
pendapatan minilam ( versi bank dunia, dikota 75 $ dan desa 50 $AS perjiwa
setahun, 1973) ( berapa sekarang ? ).
Berdasarkan ukuran ini maka mereka yang hidup
dibawah garis kemiskinan memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
1. Tidak memiliki factor-faktor produksi sendiri
seperti tanah, modal, ketrampilan. Dll
2. Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh
asset produksi dengan kekuatan sendiri, seperti
untuk memperoleh tanah garapan
ataua modal usaha
3. Tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai
taman SD
4. Kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja
bebas
5. Banyak yang hidup di kota berusia muda, dan
tidak mempunyai ketrampilan.
Kemiskinan menurut orang lapangan (umum) dapat
dikatagorikan kedalam tiga unsure :
1. Kemiskinan yang disebabkan handicap badaniah
ataupun mental seseorang
2. Kemiskinan yang disebabkan oleh bencana alam
3. Kemiskinan buatan. Yang relevan
dalam hal ini adalah kemiskinan buatan, buatan manusia terhadap manusia pula
yang disebut kemiskinan structural. Itulah kemiskinan yang timbul oleh dan dari
struktur-struktur buatan manusia, baik struktur ekonomi, politik, sosial
maupun cultural. Selaindisebabkan oleh hal – hal tersebut, juga dimanfaatkan oleh
sikap “penenangan” atau “nrimo”, memandang kemiskinan sebagai nasib, malahan
sebagai takdir Tuhan. Kemiskinan menjadi suatu kebudayaan atau subkultur, yang
mempunya struktur dan way of life yang telah turun temurun melalui jalur
keluarga. Kemiskinan (yagn membudaya) itu disebabkan oleh dan selama proses
perubahan sosial secara fundamental, seperti transisi dari feodalisme ke
kapitalisme, perubahan teknologi yang cepat, kolonialisme, dsb.obatnya tidak
lain adalah revolusi yang sama radikal dan meluasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar